Senin, 05 Desember 2011

Air dan Manusia


AIR DAN MANUSIA
Oleh : Wibowo Ari Subagio

Beberapa waktu lalu Paguyuban Oncek oncek Kawruh Sepolo telah melakukan kunjungan wisata di Jipangan Banyudono Boyolali atau lebih di kenal umum sebagai Jipangan Pengging.

      “ Paguyuban “ Oncek oncek kawruh sepolo yang pada awalnya di ilhami oleh ceramah di kalangan wredatama kalangan Pemkab Klaten yang saat itu mengambil judul tentang Kesehatan Jiwa ternyata menarik perhatian untuk lebih di tekuni.
Beberapa pertemuan telah dilakukan. Semula melibatkan 5 orang yang memotori dimulainya proses oncek oncek ( mengupas ) kawruh ( ilmu pengetahuan ) sepolo ( sederhana ) ternyata pada akhirnya telah berkembang dengan 4 orang lagi pesertanya sehingga menjadi 9 orang yang terdiri dari kalangan wredatama maupun  akademisi meskipun coraknya adalah individu.
        Dari awalnya telah dimulai dengan memamaparkan berbagai kawruh tentang kebudayaan ataupun yang lain tetapi masih belum dapat memenuhi hasrat untuk lebih terarah dalam proses oncek oncek ini, ditandai dengan keinginan para peserta untuk dapat lebih fokus dalam mengartikan istilah oncek oncek  kawruh sepolo tersebut

Kunjungan wisata yang lebih dekat dengan wisata ziarah ini mengunjungi berbagai situs, makam dan sumber air yang terkenal dan dikenal oleh masyarakat pada umumnya atau masyarakat Pengging pada khususnya. Salah satu obyek yang dikunjungi adalah sumber air “ Roro Kendat “ dan sumber air Sidomulyo.

Pengging khususnya adalah wilayah kabupaten Boyolali yang cukup banyak memiliki sumber air. Tidak hanya  2 sumber air dimuka, tetapi juga masih banyak lainnya seperti umbul Sungsang, umbul Manten ( maaf kalau salah memnbyebut nama ) yaitu di depan Masjid Pengging, umbul pemandian  Pakubuwono X.

Yang menarik perhatian adalah bahwa umbul atau sumber seumber air tadi banyak mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah dan masyarakat.
Mengapa sumber sumber air di Pengging dan sekitarnya banyak menarik perhatian, pertama karena keberadaan umbul itu memilki riwayat bersejarah. Kedua karena kondisi fisik umbul tersebut bersih dan tgerpelihara dan ketiga secara fisik pemerintah daerahnya memberikan perhatian yang cukup besar dengan memberikan sentuhan pembangunan fisik yang memadai.
Air ternyata sangat dekat dengan kehidupan manusia sejak jaman purba. Sumber air di Pengging itu merupakan suatu bukti kedekatan air dengan manusia. Entah air sebagai salah satu sumber kehidupan ataupun penghidupan, atau air sebagai sarana pertanian dan perkebunan atau bahkan air sebagai salah satu sarana spiriutual ( Yoga Tirta ).
Manusia jawa khususnya yang berada di sekitar Yogyakarta atau Surakarta menggunakan air selain untuk kehidupan sehari hari juga untuk kepentingan laku spiritual. Maka tidak heran jika sumber air yang senantiasa memperoleh sentuhan manusia akan panjang usianya. Tetapi jika sumber air yang jauh dari sentuhan manusia seperti itu maka tidak akan panjang usianya. Sumber air yang di ambil keuntungan hanya untuk kepentingan manusianya saja tanpa memperhatikan kepentingan alamnya maka sumber itu kebanyakan akan cepat mati.
Sementara itu di Umbul Langse di desa Nepen Boyolali yang tidak jauh dari Pengging, pada tahun 2006 bersamaan  gempa tektonis yang dahsyat telah mati. Sumber airnya mati dan umbul Langse menjadi kering. Tetapi dengan laku spiritual tertentu sekarang ( bulan Februari 20011 )  umbul Langse  hidup kembali  dan telah dapat di manfaatkan mengairi sawah seluas sekitar 25 Ha.Sebelumnya umbul Langse ini dapat mengairi sawah sampai ratusan hektar sampai kewilayah Sanggung.
Berkat  laku spiritual  artinya manusia telah mendoakan dan meminta kepada Tuhan Yang Maha Esa maka sumber air yang telah matipun dapat hidup kembali karena kuasa Allah SWT.
Di sumber sumber air yang kita kunjungi itu kebanyakan mendapatkan sentuhan hangat dari manusia misalnya saja ketika kita mengunjungi umbul “ Roro Kendat”. Tidak hanya sumber air Kendat saja yang memperoleh perhatian, tetapi sumber air atau mata air baru yang banyak muncul di sekitar umbul Kendat mendapat perawatan dan perhatian dari masyarakat seperti misalnya di kurung dengan bis beton dan dijaga kebersihannya. Meskipun dimanfaatkan untuk bertani,  sumber air itu senantiasa bersih dan terus mengalirkan airnya. Sumber  Kendat sendiri ataupun umbul Sidomulyo begitu bersih dan terawat sehingga meskipun telah berusia tua masih mampu mengalirkan airnya.
Bagaimana kita harus menghargai kekayaan alam berupa sumber air ini perlu di tularkan kepada masayarakat di sekitar kita.  Bagaimana manusia berinteraksi dengan air / sumber air perlu difahami oleh masyarakat luas agar air sebagai salah satu sahabat  dan sumber kehidupan manusia  dapat berusia lama dan dapat bermanfaat banyak bagi manusia dalam waktu yang cukup lama.
Masyarakat juga perlu diberikan pemahaman untuk senantiasa memahami alam sekitarnya, melestarikan keseimbangan  alam sekitarnya khususnya yang berkaitan dengan pelestarian sumber air sebagaimana telah dilakukan masyarakat di Pengging dan sekitarnya yang masih menanam tanam tanaman Gayam, Preh dan pepohonan  lain yang dapat menangkap air.
Institut Pertanian Bogor telah menemukan cara cara melestarikan sumber air atau memperoleh sumber marta air baru bahkan meningkatkan volume air tanah dan mengurangi terbuangnya air secara mubadzir dengan teknologi Biopori. Yaitu dengan cara membuat lubang dengan kedalaman sekitar 1 meter dengan diameter 10 cm. Pembuatan lubang biopori ini dengan mata bor  biopori.
Tanah  yang telah dilubangi dengan bor biopori itu kemudian diisi dengan sampah sampah organik yang kemudian akan melahirkan jasad renik yang akan membuat lubang lubang kecil sebagai saluran yang terhubung satu dengan yang lain di dalam tanah yang dapat dijadikan jalan air hujan menembus kedalam tanah dan menjadi deposit air di dalam tanah.
Penelitian yang dilakukan di IPB pada areal yang cukup di Kota Bogor telah mampu menghindarkan terjadinya genangan air. Sementara itu di lokasi yang mudah terkena banjir dengan adanya lubang biopori tersebut menjadi tidak lagi tergenang air karena air terserap dalam tanah. Metoda ini sangat baik dilakukan di sekitar kawasan perkotaan yang lahan pertaniannya telah banyak menyusut karena di alih fungsikan menjadi jalan, rumah atau bangunan lainnya. Sumur resapan yang dalam dapat di gantikan fungsinya dengan lubang biopori tersebut.
Di kabupaten Klaten,  kini tinggal sekitar 100 – 200 sumber mata air yang semula  pada tahun 1960 an jumlahnya  sekitar 500 an mata air. Hal ini menunjukkan bahwa era sekarang ini jumlah mata air di Kabupaten Klaten jauh menurun dan ini kalau dibiarkan terus akan membahayakan kehidupan di wilayah kabupaten Klaten.
Banyaknya peng “exploitasian” sumber air di wilayah klaten tanpa ada imbal balknya kepada alam dan air,  akan sangat memungkinkan sumber/mata air merana dan akhirnya akan mati meninggalkan manusia yang akhirnya kerugianlah yang akan diderita oleh manusia. Demikian pula dengan terbuangnya air hujan akibat banyaknya tanah pertanian yang dialih fungsikan.
Oleh krena itu masyarakat melalui berbagai saluran perlu diajak untuk bijaksana mengelola air, jangan terlalu banyak mengexploitir air tanpa mempedulikan pelestarian alam sekitar. Hal ini tidak luput dari kebijakan pemerintah daerah dalam mengelola sumber sumber air di Kabupaten Klaten. Penggunaan methoda lubang biopori sangat tepat bagi masayarakat seperti kabupaten Klaten agar air hujan dapat ditangkap masuk kedalam tanah.
Dr Masaru  Emoto seorang peneliti dari Jepang telah melakukan penelitian terhadap air dan telah mampu mengungkapkan dahsyatnya air baik kemampuan mendengarnya sampai kepada daya kekuatannya yang telah diungkapkan dalam sebuah buku The True Power Of Water.
Demikian pula pengalaman yang kita saksikan pasca erupsi merapi, ternyata air yang mengalir secara liar mampu menunjukkan kekuatannya mengangkat material Gunung Merapi berupa batu batuan besar  pindah dari lokasi di lerengnya menuju Kota Mungkid Kabupaten Magelang berserakan batu batu besar di tengah jalan antara Magelkang Yogyakarta. Dimana kalau kita renungi itu adalah AYAT –AYAT  ALLAH yang perlu mendapatkan perhatian kita semua karena di dalamnya terkandung hikmah.
Diperlukan  usaha untuk bersama sama antara pemerintah daerah dengan masayarakat melakukan  gerakan pelestarian sumber air sebagai salah satu cara “ berterima kasih “ kepada air dan bersyukur kehadirat Allah YME  dengan menggunakan teknologi apapun termasuk teknologi biopori sehingga air bermanfaat,  jika sebaliknya yang terjadi  air menunjukkan kekuatannya menjadi bencana bagi manusia
Semoga dengan Oncek Oncek Kawruh Sepolo ini kita sendiri dapat memberikan masukan kepada pemerintah daerah dan masyarakat agar mengupayakan  sumber / mata air kita dapat lestari bahkan kalau mungkin  menghidupkan kembali mata air yang telah mati atau bahkan berusaha  memuncul mata air baru yang  banyak.  ( WAS )
                                                                                                                                       Klaten 18 Januari 2011


Tidak ada komentar:

Posting Komentar