AIR DAN MANUSIA
Oleh : Wibowo Ari
Subagio
Beberapa waktu lalu
Paguyuban Oncek oncek Kawruh Sepolo telah melakukan kunjungan wisata di
Jipangan Banyudono Boyolali atau lebih di kenal umum sebagai Jipangan Pengging.
“ Paguyuban “ Oncek oncek kawruh sepolo
yang pada awalnya di ilhami oleh ceramah di kalangan wredatama kalangan Pemkab
Klaten yang saat itu mengambil judul tentang Kesehatan Jiwa ternyata menarik
perhatian untuk lebih di tekuni.
Beberapa pertemuan telah
dilakukan. Semula melibatkan 5 orang yang memotori dimulainya proses oncek
oncek ( mengupas ) kawruh ( ilmu pengetahuan ) sepolo ( sederhana ) ternyata
pada akhirnya telah berkembang dengan 4 orang lagi pesertanya sehingga menjadi
9 orang yang terdiri dari kalangan wredatama maupun akademisi meskipun coraknya adalah individu.
Dari awalnya telah dimulai dengan
memamaparkan berbagai kawruh tentang kebudayaan ataupun yang lain tetapi masih
belum dapat memenuhi hasrat untuk lebih terarah dalam proses oncek oncek ini,
ditandai dengan keinginan para peserta untuk dapat lebih fokus dalam
mengartikan istilah oncek oncek kawruh
sepolo tersebut
Kunjungan wisata
yang lebih dekat dengan wisata ziarah ini mengunjungi berbagai situs, makam dan
sumber air yang terkenal dan dikenal oleh masyarakat pada umumnya atau
masyarakat Pengging pada khususnya. Salah satu obyek yang dikunjungi adalah
sumber air “ Roro Kendat “ dan sumber air Sidomulyo.
Pengging
khususnya adalah wilayah kabupaten Boyolali yang cukup banyak memiliki sumber
air. Tidak hanya 2 sumber air dimuka,
tetapi juga masih banyak lainnya seperti umbul Sungsang, umbul Manten ( maaf
kalau salah memnbyebut nama ) yaitu di depan Masjid Pengging, umbul
pemandian Pakubuwono X.
Yang menarik perhatian adalah
bahwa umbul atau sumber seumber air tadi banyak mendapatkan perhatian dari
pemerintah daerah dan masyarakat.
Mengapa sumber sumber air di
Pengging dan sekitarnya banyak menarik perhatian, pertama karena keberadaan umbul
itu memilki riwayat bersejarah. Kedua karena kondisi fisik umbul tersebut bersih
dan tgerpelihara dan ketiga secara fisik pemerintah daerahnya memberikan
perhatian yang cukup besar dengan memberikan sentuhan pembangunan fisik yang
memadai.
Air ternyata sangat dekat dengan
kehidupan manusia sejak jaman purba. Sumber air di Pengging itu merupakan suatu
bukti kedekatan air dengan manusia. Entah air sebagai salah satu sumber
kehidupan ataupun penghidupan, atau air sebagai sarana pertanian dan perkebunan
atau bahkan air sebagai salah satu sarana spiriutual ( Yoga Tirta ).
Manusia jawa khususnya yang
berada di sekitar Yogyakarta atau Surakarta menggunakan air selain untuk
kehidupan sehari hari juga untuk kepentingan laku spiritual. Maka tidak heran
jika sumber air yang senantiasa memperoleh sentuhan manusia akan panjang
usianya. Tetapi jika sumber air yang jauh dari sentuhan manusia seperti itu
maka tidak akan panjang usianya. Sumber air yang di ambil keuntungan hanya
untuk kepentingan manusianya saja tanpa memperhatikan kepentingan alamnya maka
sumber itu kebanyakan akan cepat mati.
Sementara itu di Umbul Langse di
desa Nepen Boyolali yang tidak jauh dari Pengging, pada tahun 2006 bersamaan gempa tektonis yang dahsyat telah mati. Sumber
airnya mati dan umbul Langse menjadi kering. Tetapi dengan laku spiritual
tertentu sekarang ( bulan Februari 20011 )
umbul Langse hidup kembali dan telah dapat di manfaatkan mengairi sawah
seluas sekitar 25 Ha.Sebelumnya umbul Langse ini dapat mengairi sawah sampai
ratusan hektar sampai kewilayah Sanggung.
Berkat laku spiritual artinya manusia telah mendoakan dan meminta
kepada Tuhan Yang Maha Esa maka sumber air yang telah matipun dapat hidup kembali
karena kuasa Allah SWT.
Di sumber sumber air yang kita
kunjungi itu kebanyakan mendapatkan sentuhan hangat dari manusia misalnya saja
ketika kita mengunjungi umbul “ Roro Kendat”. Tidak hanya sumber air Kendat
saja yang memperoleh perhatian, tetapi sumber air atau mata air baru yang
banyak muncul di sekitar umbul Kendat mendapat perawatan dan perhatian dari
masyarakat seperti misalnya di kurung dengan bis beton dan dijaga
kebersihannya. Meskipun dimanfaatkan untuk bertani, sumber air itu senantiasa bersih dan terus
mengalirkan airnya. Sumber Kendat
sendiri ataupun umbul Sidomulyo begitu bersih dan terawat sehingga meskipun
telah berusia tua masih mampu mengalirkan airnya.
Bagaimana kita harus menghargai
kekayaan alam berupa sumber air ini perlu di tularkan kepada masayarakat di
sekitar kita. Bagaimana manusia
berinteraksi dengan air / sumber air perlu difahami oleh masyarakat luas agar
air sebagai salah satu sahabat dan
sumber kehidupan manusia dapat berusia
lama dan dapat bermanfaat banyak bagi manusia dalam waktu yang cukup lama.
Masyarakat juga perlu diberikan
pemahaman untuk senantiasa memahami alam sekitarnya, melestarikan keseimbangan alam sekitarnya khususnya yang berkaitan
dengan pelestarian sumber air sebagaimana telah dilakukan masyarakat di
Pengging dan sekitarnya yang masih menanam tanam tanaman Gayam, Preh dan
pepohonan lain yang dapat menangkap air.
Institut Pertanian Bogor telah
menemukan cara cara melestarikan sumber air atau memperoleh sumber marta air
baru bahkan meningkatkan volume air tanah dan mengurangi terbuangnya air secara
mubadzir dengan teknologi Biopori. Yaitu dengan cara membuat lubang dengan
kedalaman sekitar 1 meter dengan diameter 10 cm. Pembuatan lubang biopori ini
dengan mata bor biopori.
Tanah yang telah dilubangi dengan bor biopori itu
kemudian diisi dengan sampah sampah organik yang kemudian akan melahirkan jasad
renik yang akan membuat lubang lubang kecil sebagai saluran yang terhubung satu
dengan yang lain di dalam tanah yang dapat dijadikan jalan air hujan menembus
kedalam tanah dan menjadi deposit air di dalam tanah.
Penelitian yang dilakukan di IPB
pada areal yang cukup di Kota Bogor telah mampu menghindarkan terjadinya
genangan air. Sementara itu di lokasi yang mudah terkena banjir dengan adanya
lubang biopori tersebut menjadi tidak lagi tergenang air karena air terserap
dalam tanah. Metoda ini sangat baik dilakukan di sekitar kawasan perkotaan yang
lahan pertaniannya telah banyak menyusut karena di alih fungsikan menjadi
jalan, rumah atau bangunan lainnya. Sumur resapan yang dalam dapat di gantikan
fungsinya dengan lubang biopori tersebut.
Di kabupaten Klaten, kini tinggal sekitar 100 – 200 sumber mata air
yang semula pada tahun 1960 an jumlahnya
sekitar 500 an mata air. Hal ini
menunjukkan bahwa era sekarang ini jumlah mata air di Kabupaten Klaten jauh
menurun dan ini kalau dibiarkan terus akan membahayakan kehidupan di wilayah
kabupaten Klaten.
Banyaknya peng “exploitasian”
sumber air di wilayah klaten tanpa ada imbal balknya kepada alam dan air, akan sangat memungkinkan sumber/mata air
merana dan akhirnya akan mati meninggalkan manusia yang akhirnya kerugianlah
yang akan diderita oleh manusia. Demikian pula dengan terbuangnya air hujan
akibat banyaknya tanah pertanian yang dialih fungsikan.
Oleh krena itu masyarakat melalui
berbagai saluran perlu diajak untuk bijaksana mengelola air, jangan terlalu
banyak mengexploitir air tanpa mempedulikan pelestarian alam sekitar. Hal ini
tidak luput dari kebijakan pemerintah daerah dalam mengelola sumber sumber air
di Kabupaten Klaten. Penggunaan methoda lubang biopori sangat tepat bagi
masayarakat seperti kabupaten Klaten agar air hujan dapat ditangkap masuk
kedalam tanah.
Dr Masaru Emoto seorang peneliti dari Jepang telah
melakukan penelitian terhadap air dan telah mampu mengungkapkan dahsyatnya air
baik kemampuan mendengarnya sampai kepada daya kekuatannya yang telah
diungkapkan dalam sebuah buku The True Power Of Water.
Demikian pula pengalaman yang
kita saksikan pasca erupsi merapi, ternyata air yang mengalir secara liar mampu
menunjukkan kekuatannya mengangkat material Gunung Merapi berupa batu batuan
besar pindah dari lokasi di lerengnya
menuju Kota Mungkid Kabupaten Magelang berserakan batu batu besar di tengah
jalan antara Magelkang Yogyakarta. Dimana kalau kita renungi itu adalah AYAT
–AYAT ALLAH yang perlu mendapatkan
perhatian kita semua karena di dalamnya terkandung hikmah.
Diperlukan usaha untuk bersama sama antara pemerintah
daerah dengan masayarakat melakukan gerakan
pelestarian sumber air sebagai salah satu cara “ berterima kasih “ kepada air
dan bersyukur kehadirat Allah YME dengan
menggunakan teknologi apapun termasuk teknologi biopori sehingga air bermanfaat, jika sebaliknya yang terjadi air menunjukkan kekuatannya menjadi bencana
bagi manusia
Semoga dengan Oncek Oncek Kawruh
Sepolo ini kita sendiri dapat memberikan masukan kepada pemerintah daerah dan
masyarakat agar mengupayakan sumber /
mata air kita dapat lestari bahkan kalau mungkin menghidupkan kembali mata air yang telah mati
atau bahkan berusaha memuncul mata air
baru yang banyak. ( WAS )
Klaten 18
Januari 2011